Hipospadia - Pengertian, Faktor Resiko, Klasifikasi, dan Gejala

photo Istimewa

Hipospadi adalah suatu kelainan kongenital pada anak laki-laki yang sering ditemukan. Kata hipospadia berasal dari bahasa Yunani yaitu Hypo, dibawah dan spadon berarti lubang. Hipospadia dapat didefinisikan bahwa posisi dari lubang saluran kemih terletak pada bagian ventral atau proximal dari lokasi yang seharusnya (1,2). Kelainan terjadi pada masa embrional karena ada defek saat perkembangan alat kelamin antara minggu ke 7-14 kehamilan. 

 

Angka kejadian hipospadia di dunia sangat bervariasi ditemukan 1 dari 300 kelahiran anak laki-laki. Hipospadia sering dihubungkan dengan kelainan bentuk dari penis yaitu berupa penis yang  melengkung ke arah ventral disebut sebagai chordee (3,4). Di Indonesia angka kejadian hipospadia belum diketahui secara pasti. Pada suatu penelitian di RSUP Prof. dr, R. D. Kandau Manado pada periode Januari 2009-oktober 2010 ditemukan 17 kasus (5). Di RS sanglah bali dari januari 2009-april 2012 menemukan 53 kasus (6). Sedangkan di RSCM Jakarta untuk rentang tahun 2002-2004 menemukan 124 kasus (7). Angka ini sebenarnya hanya gambaran kecil. Faktanya banyak kasus hipospadi. Namun, karena kurangnya pengetahuan masyarakat indonesia mengenai kelainan ini menyebabkan banyak kasus yang dapat ditangani rumah sakit ataupun fasilitas dan tenaga kesehatan belum merata sehingga kasus ini sulit terdeteksi.

Klasifikasi

Hipospadi dibagi berdasarkan lokasinya. Yang paling sering diigunakan adalah klasifikasi Duckett yang membagi hipospadi menjadi 3 yaitu Anterior (Glandular, Coronal dan Distal Penile), Middle (Midshaft dan
Proximal Penile), Posterior (Penoscrotal, Scrotal dan Perineal) (8,9).
Tipe yang paling sering ditemukan adalah subcoronal (1)

Selain itu, hipospadia juga bisa di klasifikasikan berdasarkan derajat. Namun, hal ini bersifat sangat subjektif
tergantung dari ahli bedah masing-masing
(1).

1. Mild
hipospadia/grade 1, muara uretra dekat dengan lokasi normal dan berada di ujung
tengah glans (glanular, coronal)

2. Moderate
hispospadia/grade 2, muara uretra berada di tengah-tenga
h lokasi
normal dan scrotal (
subcoronal,
distal penile, midshaft, proximal penile)

3. Severe
hipospadi/grade 3, yaitu muara uretra berada jauh dari lokasi yang seharusnya
(perineal, scrotal, penoscrotal)

Menurut pendapat lain hipospadia bisa dibagi menjadi Proximal (antara perineum dan midshaft), distal (antara midshaft dan glans penis) dan glandular (pada glans penis) (12).

Gejala klinis

Gejala yang timbul bervariasi sesuai dengan derajat kelainannya. Secara umum jarang sekali menimbulkan gangguan fungsi. Namun sering sekali berhubungan dengan gangguan kosmetik. Biasanya kulit bafuan ventral lebih tipis atau bahkan tidak ada, dimana kulit luar di bagian dorsal menebal bahkan terkadang membentuk seperti tudung. Pada hipospadia sering ditemukan chorda. Chorda merupakan pembengkokan menuju arah ventral dari penis. Disebabkan karena adanya atrofi dari corpus spongiosum, fibrosis dari tunica albuginea dan fasia di atas tunica, pengencangan kulit ventral dan fasia buck. Terjadi pula perlengketan antara kulit penis dengan struktur disekitarnya atau perlengketan antara urethral plate ke corpus cavernosa. Keluhan yang mungkin timbul yaitu pancaran urin yang lemah, nyeri saat ereksi dan gangguan saat berhubungan seksual (1,2).

 

Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang disarankan secara pasti untuk menegakan hipospadia.

 

– Terapi

Tujuan dari pengobatan hipospadi yaitu membuat penis tegak lurus, reposisi muara uretra ke ujung penis, membuat neouretra, merekonstruksi penis jadi terlihat normal dan menurunkan resiko komplikasi seminimal mungkin (1,2).

Operasi yang dibutuhkan seperti orthoplasti (chordectomy) yaitu melakukan koreksi chorde sehingga penis tegak lurus kembali. Lalu uretroplasty agar membuat uretra baru yang sesuai dengan lokasinya. Serta glansplasty yaitu pembentukan glans penis kembali. Glansplasty sering diikuti prepucioplasty (10,11). Usia ideal untuk operasi adalah usia 6-12 bulan. Semakin dini semakin mudah perawatan pasca operasinya. Termasuk masalah higienitas, pemakaian kateter, kebutuhan analgesik, dan perubahan emosi paska operasi (1).

– Prognosis

Anak dengan hipospadia memiliki masa puber dan pertumbuhan seks sekunder yang normal. Penderita mempunyai fungsi testis dan androgen yang normal. Aktivitas seksual cukup memuaskan dan fertilitas tidak terpengaruh kecuali penderita memiliki kelainan lain yang berkaitan (1).

 

Referensi

 

1. Giannantoni A. Hypospadias Classification and Repair: The Riddle of the Sphinx. European Urology. 2011;60(6):1190-1191.

2. Leung A. Robson W. Hypospadias: an update. Asian Journal of Andrology. 2007;9(1):16-22.

3. Stein R. Hypospadias. European Urology Open Science. 2012; 11(2): 33-45.

4. Breyer BN and McAninch JW. Disorders of the Penis and Male Urethra. In: Breyer BN and McAninch JW (Eds). Smith and Tanagho’s General Urology. 19th edition. New York: McGraw Hill; 2020; p.661.

5. Limatahu N, Oley MH, Monoarfa A. Angka Kejadian Hipospadia Di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2009- Oktober 2012. ECL. 2013: 1(2);1-6

6. Duarsa GWK, Nugroho TD. Characteristics of Hypospadias Cases in Sanglah General Hospital, Bali-Indonesia: A Descriptive Study . Bali Med J. 2016: 5(1); 13-16.

7. Aritonang J, Rodjani A, Wahyudi I. Relationship Between Complicating Factors Of Hypospadia and Complications After TIP: A retrospective Study. Indonesian Journal of Urology. 2016: 23(2);103-107.

8. Mouriquand PD, Persad R, Sharma S. Hypospadias repair: current principles and procedures. In: Br J Urol 76. 1995. 76(3); 9–22.

9. Orkiszewski M. A standardized classification of hypospadias. Journal of Pediatric Urology. 2012;8(4):410-414.

10. Purnomo BB, Daryanto B, Seputra KP. Pedoman Diagnosis & Terapi SMF Urologi Laboratorium Ilmu Bedah. RSU Dr. Saiful Anwar/ Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. 2010; 36. www.urologimalang.com/?wpfb_dl=18

11. Purnomo BB, Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, 2008, hal 152-153.

12. Epelboym Y, Estrada C, Estroff J. Ultrasound diagnosis of fetal hypospadias: accuracy and outcomes. J Pediatr Urol 2017;13:484.e1–4.

Tangkudung, jerry et al. 2016. factor resiko hipospadi pada anak di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

Krisna, Daniel et al. 2017. Hipospadia: bagaimana karakteristiknya di indonesia

Khitan, Balanitis, Khitan Modern, Sunat, Sunat Modern, Penyulit Khitan, Komplikasi Khitan, Penyulit Sunat, Dokter Sunat, Dokter Khitan, Alat Khitan, Alat Medis, Jual Alat Khitan, Jual Alat Sunat, Doctora, Kaffa Medika.

Post Views: 36