Fisiologi Ereksi

istimewa

Ereksi Penis merupakan suatu peristiwa yang kompleks ditandai dengan adanya proses keseimbangan antara faktor neurologi, vaskular, hormonal dan otot. Dalam kondisi normal, ereksi penis memerlukan keterlibatan dalam kordinasi dari sistem saraf pusat dan perifer, corpora cavernosa dan spongiosa, sistem vaskular dan suplai arteri darah dan vena. Secara umum ereksi dikaitkan dengan beberapa perubahan psikologis dan fisik.

Kita bisa membagi penis kedalam 3 bagian yaitu saraf (radix), Body (Shaft) dan glans. Serabut saraf bagian proximal penis terletak di urogenital triangle. Disini terdapat 2 otot (ischoocavernosus dan bulbospongiosus). pada bagian body/badan penis ditutupi oleh kulit dan 3 fascia (dartos, buck dan tunica albuinea). badan penis berisi 3 jaringan erectile 2 corpora cavernosa dan 1 corpus spongiosum. Corpora cavernosa berisi kumpulan jaringan otot polos, collagenous extracellular matrix, endothelial cell-line sinuses, helicine arteries dan terminals nerve.

Setiap dari corpus cavernosum diliputi oleh tunica albuginea. Tunica albuginea adalah membran yang menutupi dan melindungi corpora cavernosa. Terdiri dari inner dan outer facial layer. Yang pertama circular dan yang kedua longitudinal. Corpora cavernosa berjalan sepanjang dorsal penile sedangkan corpus spongiosum pada ventral.

Corpus spongiosum merupakan rumah dari uretra. Glnas merupakan bagian terdistal dari penis. Struktur yang sensitif. Glans ditutupi oleh kulit yang dikenal sebagai preputium.

Ketika mengalami rangsangan seksual, impuls saraf parasimpatis yang berasal dari segmen sacral S2-S4 akan mengeluarkan asetilkolin. Asetilkolin merangsang lapisan endotel sehingga akan melepaskan nitric oxide (NO) yang akan menyebar ke otot polos dan merangsang enzim guanylate cyclase sehingga terjadi penimbunan cyclic guanosine monophosphate (cGMP) sebagai second messenger yang aktif dan cGMP ini juga merangsang enzim protein kinase G (PKG) untuk menutup saluran ion Ca2+ dan membuka saluran ion K+ (Pangkahila, 2006; Kandeel et al., 2001).

Kedua perubahan ini menyebabkan turunnya konsentrasi Ca sitoplasmik dan menimbulkan relaksasi otot polos sehingga terjadilah dilatasi arteriol dan dilatasi rongga rongga dari corpus cavernosum dan corpus spongiosum. Selanjutnya relaksasi otot polos ini memungkinkan darah mengalir masuk ke ruang pembuluh darah di dalam korpus kavernosum dan terperangkap di dalam ruang pembuluh darah (Pangkahila, 2006; Kandeel et al., 2001).

Hal ini mengakibatkan aliran keluar pembuluh darah vena terhambat karena tertekannya pembuluh darah vena kecil di antara ruang sinusoid dan vena yang lebih besar di antara dinding sinusoid dan tunika albuginea, yang pada akhirnya terjadi ereksi penis. Kadar cGMP di dalam sel-sel otot polos dientukan oleh kecepatan sintesis oleh cyclase dan kecepatan degradasi oleh phosphodiesterase (PDE) (Pangkahila, 2006; Kandeel et al., 2001)

Sedangkan saraf somatik bertanggung jawab untuk terjadinya ereksi yang bersifat refleksogenik, yaitu ereksi penis akibat rangsangan sensorik lokal pada kelamin yang menimbulkan ereksi refleksogenik, di samping karena rangsangan psikogenik yang diterima oleh otak yang menimbulkan ereksi psikogenik (Pangkahila, 2001)

Juga adanya prostaglandin E1, F1α, F2α dan I2 yang disintesis di dalam jaringan korpus kavernosum dimana prostaglandi E1 menimbulkan relaksasi korpus kavernosum yang menimbulkan ereksi. Prostglandin E2 dan I2 dapat menimbulkan kontraksi dan relaksasi korpus kavernosum, sedangkan prostaglandin F1α dan F2α hanya menimbulkan kontraksi. Prostaglandin I2 yang dilepaskan oleh endotel saat relaksasi otot polos, mempunyai pengaruh antiplatelet aggregating yang mencegah darah di dalam korpus kavernosum tidak beku selama ereksi (Pangkahila, 2001; Kandeel et al., 2001).

Di lain pihak, impuls saraf simpatis dari Th12-L2 yang bersifat adrenergik mengakibatkan arterior dan otot polos korpus kavernosum mengalami kontraksi. Hal ini menyebabkan pembuluh darah vena diantara ruang sinusoid dan di bawah tunika albuginea terbuka, sehingga aliran darah bebas keluar dari korpus kavernosum, yang mengakibatkan hilangnya ereksi dan penis menjadi lembek (Pangkahila, 2006). 

Juga dengan adanya endotelin (kelompok peptida), suatu vasokonstriktor kuat yang disintesis di dalam lapisan endotel korpus kavernosum akan menimbulkan kontraksi yang kuat pada otot polos korpus kavernosum (Pangkahila, 2001)

 

Referensi

Pangkahila, W. 2001. Bahagia Tanpa Gangguan Fungsi Seksual. Cetakan ke-1. Jakarta:

Penerbit Buku Kompas

Kandeel, F.R., Koussa, V.K.T., Swerdloff, R.S. 2001. Male Sexual Function and Its Disorders: Physiology, Patophysiology, Clinical Investigation, and Treatment. Endocrine Reviews. 22 (3): 342-388

 

https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-031-11701-5_3

Buried penis, Penis terbenam, Kondisi anomali penis, Penanganan penis tersembunyi, Operasi penis terbenam, Penyebab penis tenggelam, Keluhan penis kecil, Penelitian buried penis

Post Views: 26